Krakatau, Sejarah Erupsi dan Tsunami

Bencana tsunami yang terjadi pada hari sabtu malam, 22 Desember 2018 dibeberapa wilayah pesisir selat sunda meninggalkan duka yang cukup dalam bagi keluarga korban bencana tersebut. Berdasarkan data sementara yang dihimpun dari posko BNPB hingga hari minggu, 23 Desember 2018 pukul 16:00 tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 luka-luka dan 28 orang hilang (total dari kedua wilayah, Banten dan Lampung).

Bahkan beberapa korban yang meninggal dunia tersebut diantaranya adalah artis Indonesia. Dimana saat kejadian tersebut mereka sedang mengisi sebuah acara familly gathering dari PT.PLN di Tanjung Lesung, Pandeglang Banten. Artis yang menjadi korban bencana tsunami tersebut dan dinyatakan meninggal dunia yaitu Bani Seventeen (bassist), Herman Seventeen (gitaris), Oki Wijaya (Road Manager Seventeen), komedian Argo atau yang biasa dikenal dengan Aa Jimy (mirip Aa gym), dan istri komedian Ade jigo (eks anggota komedian Team Lo). Sementara Andi Seventeen (drummer) hingga informasi ini ditulis belum diketahui nasibnya.


Dilansir dari detik.com, BMKG menginformasikan tsunami yang terjadi tersebut disebabkan oleh erupsi gunung anak Krakatau dan gelombang pasang bulan purnama di bulan Desember ini. Sementara menurut kesaksian para korban, tidak adanya tanda-tanda gempa sebelumnya. 

Gunung Krakatu memiliki sejarah yang fenomenal, mulai dari namanya sendiri dengan berbagai versi. Ada yang menyebutkan bahwa nama Krakatau berasal dari bahasa orang betawi yang saat itu ada seorang Belanda VOC yang menanyakan nama sebuah gunung besar di selat sunda, dan dijawab dengan "kaga tau". Karena perbedaan pengucapan sehingga tercipta "Krakatau" dari lidah Belanda VOC tersebut.


Gunung Krakatau Purba
Dari sebuah teks jawa kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi menceritakan tentang gunung Krakatau purba, diantara isinya menyatakan:
Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan, dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari gunung Batuwara dan mengalir menuju timur ke gunung Kamula......ketika air menenggelamkannya, pulau jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau sumatera.

Seorang pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang berasal dari teks jawa kuno tersebut berasal dari gunung Krakatau purba dimana didalam teks tersebut diceritakan dengan gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi gunung Krakatau purba mencapai 2000 meter dengan lingkaran pantai mencapai 11 kilometer.

Erupsi yang terjadi pada gunung Krakatau Purba dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia Purba, transmutasi kerajaan Romawi ke kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabian Selatan, punahnya kota besar Maya (Tikal) dan jatuhnya peradaban Nazka di Amerika Selatan.


Gunung Krakatau
Setelah terjadinya ledakan gunung Krakatau purba yang membentuk sebuah kawah besar diselat sunda. Tepi kawah tersebut dikenal dengan nama pulau Rakata, pulau Panjang dan pulau Sertung. Seiring waktu, dorongan vulkanik dari dalam perut bumi terjadi di pulau Rakata yang membentuk gunung berapi Rakata, terdiri dari batuan basaltik sebagai material pembentuknya.

Kemudian dua buah gunung berapi muncul dari tengah kawah bekas letusan gunung Krakatau purba yang disebut dengan gunung Danan dan gunung Perbuwatan. Ternyata pergerakan vulkanik ketiga gunung berapi tersebut membuatnya menyatu, yang akhirnya disebut dengan gunung Krakatau dengan ketinggian mencapai 813 meter dari permukaan laut.

Pada hari senin, 27 Agustus 1883 terjadi erupsi besar pada gunung Krakatau tersebut. Suara ledakannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan. Gelombang tsunami yang ditimbulkan mencapai ketinggian 40 meter, bahkan terjangan gelombang tersebut hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah, dan semenanjung Arab yang berjarak 7.000 kilometer dari pusat erupsi.

Tercatat sebanyak 36.417 korban jiwa dari 295 desa di kawasan pantai Merak (Cilegon), Cilamaya (karawang), pantai barat Banten meliputi Tanjung Layar, pulau Panaitan (Ujung kulon), dan Sumatera bagian Selatan.


Gunung Anak Krakatau
Ditahun 1927 (kurang lebih 40 tahun setelah erupsi besar tahun 1883) muncul kembali gunung berapi yang dikenal sebagai gunung anak Krakatau. Saat ini gunung berapi tersebut memiliki ketinggian mencapai 230 meter dari permukaan laut dengan setiap tahunnya ketinggian tersebut terus bertambah sekitar 6 meter dan lebar 12 meter. Beberapa ahli geologi seperti Simon Winchester memprediksi letusan akan terjadi lagi rentang tahun 2015-2083.

Posting Komentar untuk "Krakatau, Sejarah Erupsi dan Tsunami"