9 Tanda awal retaknya hubungan asmara rumah tangga mu

Tujuan utama awalnya pernikahan adalah membangun sebuah keluarga bahagia, dimana impian kebahagian setiap orang itu berbeda-beda. Ada beberapa sudah bisa merasakan bahagia hanya dengan kesederhanaan, dan ada pula yang menganggap suatu kebahagiaan itu adalah kemapanan, tidak jarang juga yang menganggap kemewahan merupakan sumber dari kebahagiaan. 

Sejatinya kebahagiaan itu bukan hanya urusan dunia yang lebih bersifat materil, hati dan jiwa merupakan kunci dari kebahagiaan itu sendiri. Dapat bersama dan merasa nyaman dengan pasangan kita merupakan kebahagiaan yang tidak dapat tergantikan dengan apa pun di dunia ini. Coba kalian lihat sendiri, berjuta-juta pasangan diluar sana banyak yang berkeluh kesah seolah tidak ada secuil kebahagiaan yang didapatnya.



Rumah tangga itu sangat rentan dengan goresan dan benturan, dimana asmara yang sebelumnya hangat terasa, berubah menjadi retakan-retakan yang semakin membesar. Disinilah ujian bagi kedua pasangan, apakah mampu memperbaikinya atau semakin hancur semua yang telah dibangun bersama. Untuk itu, waspadai tanda-tanda awal retaknya sebuah rumah tangga berikut ini.


Pertengkaran
Didalam berumah tangga tidak akan pernah luput dari sebuah pertengkaran, namun jika hal tersebut menjadi sebuah rutinitas harus diwaspadai. Belum lagi jika pertengkaran tersebut sebenarnya bermula dari hal kecil, hingga dibesar-besarkan. Coba renungkan pasti ada yang salah terhadap diri anda atau pasangan. Pertengkaran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal,

Kehadiran Orang Ketiga
Gejala demikian bisa saja terjadi dikarenakan hadirnya orang ketiga didalam kehidupan rumah tangga anda. Bisa saja orang ketiga tersebut merupakan teman atau sahabat anda, yang selalu menyita dan mengenyampingkan perhatian terhadap keluarga. Minum kopi bersama teman disetiap akhir pekan misalnya, dimana seharusnya waktu tersebut dapat dimanfaatkan untuk keluarga. Atau pada wanita biasanya waktu, pikiran dan tenaga habis hanya untuk memikirkan masalah sahabatnya hingga tidak memperdulikan suaminya dirumah.

Selingkuh merupakan tingkat kronis dari kehadiran orang ketiga, bahkan gejala awalnya sebetulnya sudah dapat dirasakan oleh masing-masing pasangan. Belum lagi saat ini banyak orang sudah tidak merasa malu dan menganggap aib untuk melakukan perselingkuhan. Mulai dari selingkuh kecil disosial media, hingga selingkuh seutuhnya dengan melakukan check in di hotel.

Bermasalah dengan mertua
Setelah menikah biasanya banyak yang masih tinggal dengan mertua, baik si suami atau istrinya. Pada kenyataannya jika si suami yang tinggal di tempat mertua semua terasa aman dan tanpa masalah. Lain halnya jika istri yang tinggal ditempat mertua, akan selalu ada suara sumbang yang terdengar oleh suami dari istri dengan berbagai masalah. Biasanya masalah yang timbul antara ibu si suami dengan istri. Apa yang menyebabkannya:
  • Sulit membawa diri
  • Merasa dijadikan pembantu 
  • Merasa paling tinggi (Aku adalah Ratu)
  • Terlalu berlebihan memimpikan suasana
Jika sudah demikian tentu gesekan-gesekan masalah tersebut akan menimbulkan pertengkaran. Itu lah sebabnya jika sudah berumah tangga ada baiknya untuk hidup mandiri tanpa harus tinggal dengan mertua.

Gengsi dan gaya hidup (bukan faktor ekonomi)
Seandainya bercerai karena faktor ekonomi, kenapa ada pemulung satu keluarga bisa tertawa bahagia dibalik lusuh dan kotornya mereka? Bahkan makan bersama satu keluarga digerobak usang dibawah teriknya sinar matahari.

Jika salah satu pasangan memiliki gaya hidup yang berlebihan diluar batas kemampuan alamat petaka bagi sebuah rumah tangga. Dizaman sekarang ini, orang lebih suka punya mobil dari pada punya rumah, yang penting gaya dulu tidur mah bisa numpang ditempat mertua. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan status sosial (ditempat kerja dan lingkungan tempat tinggal). Belum lagi adanya sifat sombong dan ingin dihargai dari kemewahan yang dimiliki.

Ketika semua keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi, atau mungkin bisa saja dapat terpenuhi namun menimbulkan masalah baru, seperti kasus korupsi dan penggelapan uang misalnya. Maka pertengkaran pun akan muncul dan dapat berujung kepada perceraian. 
 

Semakin berkurangnya komunikasi
Kesibukan karena pekerjaan sering kali membuat komunikasi kepada pasangan terganggu, terlebih jika kedua pasangan tersebut sama-sama memiliki aktifitas yang sangat sibuk. Walau pun demikian, jika didalam sebuah hubungan rumah tangga tidak memiliki masalah, pasti menyempatkan untuk berkomunikasi disela-sela aktifitasnya. Setidaknya sekedar menanyakan kabar anak, pasangan atau hal-hal kecil lainnya.

Berbeda jika hubungan rumah tangga sedang mengalami masalah, frekuensi komunikasi akan terus berkurang, baik melalui sambungan telepon, pesan singkat atau saat bertemu dirumah. Hal ini biasanya untuk menghindari terjadinya konflik yang disebabkan oleh masalah sebelumnya. Langkah yang tepat ketika hal ini terjadi, sebaiknya membicarakan masalah tersebut dengan mengesampingkan sifat egois masing-masing pasangan dengan satu tujuan untuk kebaikan bersama.


Hilangnya kepedulian pasangan 
Rasa cinta dan kasih sayang adalah yang pertama tumbuh disaat pertama kali kita bertemu dengan pasangan. Sensitifitas perasaan sangat tinggi disaat-saat seperti ini, hingga tercurah dalam bentuk perhatian. Mulai dari hal kecil hingga yang besar, baik itu tentang kesehatan dan masa depan, bahkan perhatian terhadap anak-anak dan mertua. Walaupun ada beberapa pasangan yang memiliki sifat kurang peduli terhadap hal-hal kecil (biasanya suami) pasti akan tetap peduli terhadap hal-hal besar lainnya jika didalam hubungan tersebut tidak memiliki masalah.

Namun ketika kepedulian itu hilang, terlebih dengan melalaikan tanggung jawab baik sebagai suami atau istri maka rumah tangga tersebut akan memiliki masalah yang serius. Si suami tidak lagi memberi nafkah tanpa alasan yang jelas. Istri tidak mau merawat suami, anak-anak dan mertua, atau Tidak mau tahu segala bentuk kesusahan yang dialami oleh kedua pasangan, bahkan yang terjadi pada kedua orang tua/mertua.

Sesungguhnya berumah tangga itu susah senang bersama, bukan hanya mau senangnya saja. Hingga hilang kepedulian yang disebabkan tidak mau terlibat dalam kesusahan-kesusahan yang ada. Tentunya jika ini terjadi, konflik dalam rumah tangga akan memicu retaknya hubungan asmara kedua pasangan.


Sudah tidak saling menghargai
Tidak bisa menghargai dan memahami peran masing-masing didalam sebuah rumah tangga menjadi salah satu faktor penyebab retaknya asmara rumah tangga. Ada beberapa istri yang merasa dapat mengatur semua hidup suami, hingga hilang harga diri suami dimasyarakat dan lingkungan kerjanya. Seperti dampak dari kartu ATM dipegang istri, disaat mau makan siang dikantor atau ada sumbangan kemasyarakatan terpaksa memasang muka tanpa malu meminjam kepada teman. Jika satu atau dua kali kejadian tersebut, bisa saja dimaklumi. Namun ketika hal-hal demikian sering terjadi, tidak jarang para suami mendapat kata-kata pedas dari rekan-rekannya dan dipandang rendah karena tidak bisa mendidik istrinya yang sudah melampaui batasan tersebut.

Ada pula dimana istri yang memiliki rasa memaklumi dan kepercayaan yang luar biasa terhadap suami. Tidak ada sedikit pun sikap mengeluh terhadap besaran nafkah yang diberikan. Bahkan rasa curiga karena kekhawatiran selalu dikesampingkannya sebagai bukti bahwa percaya terhadap apa yang dilakukan suami diluar sana adalah kebaikan. Ketika ada istri yang seperti ini, selalu saja ada suami yang tidak bisa menjaga kepercayaan istri, mulai dari membatasi nafkah kepada istri, berfoya-foya diluar, hingga melakukan perselingkuhan.

Tindakan-tindakan tidak saling menghargai lainnya seperti menghilangkan peran suami sebagai pemimpin rumah tangga, melupakan bahwa suami adalah ayah dari anak-anak, meremehkan dan melanggar apa saja yang dilarang oleh suami. Sementara sikap suami yang tidak menghargai istri tidak memberikan kepercayaan kepada istri untuk mengatur keuangan, melupakan bahwa istri adalah ibu dari anak-anak, tidak amanah didalam menjaga kepercayaan istri ketika meninggalkan rumah.

Namun biasanya ada satu hal yang membuat kedua pasangan sangat sakit diperlakukan ketika, istri tidak dapat menghargai hasil pemberian nafkah suami terlebih si istri memiliki penghasilan lebih besar dari suami, dan suami yang mengkhianati dan tidak bisa menjaga kepercayaan istri dengan melakukan perselingkuhan. Jika yang terjadi demikian, segera perbaiki perilaku yang merugikan tersebut. Sebab sekecil apa pun potensi permasalahan didalam rumah tangga dapat menjadi pemicu retaknya sebuah hubungan.


Lebih merasa nyaman dengan orang lain
Ketika masalah yang timbul sudah semakin menumpuk dan tidak ditemukan jalan keluarnya sering kali kedua pasanga mengalihkan perhatiannya kepada orang lain, dengan maksud untuk menenangkan diri. Salah satu bentuk pelampiasan terhadap masalah yang belum terselesaikan tersebut bisa berupa curhatan kepada teman. Entah teman saat kuliah/sekolah, teman kantor atau teman yang didapat dari sosial media.

Ada juga yang merasa jika bercerita dengan pasangan tidak mendapatkan respon yang baik, bahkan adanya sikap yang memicu kepada pertengkaran. Jika sudah demikian, yang dilakukan tersebut tentu akan membuat retaknya hubungan rumah tangga. Ketika kenyamanan yang seharusnya kita dapatkan dari pasangan tergantikan oleh orang lain, maka harus diwaspadai.


Merasa benar satu sama lain
Sikap merasa benar merupakan petaka besar bagi sebuah rumah tangga, dimana sikap seperti ini akan menimbulkan tindakan tidak menghargai satu sama lain. Terlebih jika didasari dengan sifat sombong, sehingga sulit untuk instropeksi diri dan tidak mau mengakui kesalahan bahkan meminta maaf sekali pun.

Apabila yang terjadi demikian tentu menimbulkan sikap egois seperti bersikeras dengan ide dan tujuan masing-masing sehingga hilang sebuah kebersamaan atau selalu mematahkan semangat pasangan untuk maju. Akibat yang ditimbulkan nantinya adalah sikap saling menyakiti, hingga lupa tujuan awal didalam berumah tangga.


Tidak pernah terbuka terhadap pasangan
Sikap saling terbuka merupakan kunci dari semakin eratnya sebuah hubungan, sehingga meningkatkan kepercayaan satu sama lain. Mulai dari urusan keuangan rumah tangga, pekerjaan, teman, serta hal-hal lainnya. Bahkan hampir sudah tidak adanya batasan privasi bagi kedua pasangan.

Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya seperti tidak adanya transparansi masalah keuangan, menutupi sesuatu dengan kebohongan dengan berjuta alasan atau sembunyi-sembunyi ketika melakukan/menerima panggilan telepon/berkirim pesan, akan menjadi pemicu terjadinya konflik didalam hubungan.

Sering kali terjadi ketimpangan didalam hal ini, hanya salah satu yang menuntut pasangannya untuk terbuka. Sementara dirinya sendiri menutupi beberapa hal tanpa adanya alasan yang jelas, dimana sejatinya hubungan akan berjalan dengan baik jika tidak ada yang disembunyikan sebagai bentuk menghargai dan rasa saling percaya.


Selalu ada yang mencampuri permasalahan kalian
Permasalahan diantara kedua pasangan akan semakin parah jika selalu dicampuri oleh orang lain. Terlebih jika orang tersebut memihak kepada salah satu dari pasangan, yang tentunya akan memberikan solusi dengan menghakimi. Ada baiknya jika terjadi suatu permasalahan untuk tidak menceritakannya kepada orang tua dan keluarga besar atau teman dan sahabat.

Campur tangan pihak lain dalam sebuah rumah tangga tentu akan menimbulkan dampak negatif salah satunya rasa tidak dihargai dari salah satu pasangan tersebut. Sebuah rumah tangga jika di ibaratkan sebagai kereta lokomotif, peran orang tua hanya memastikan kereta tersebut berjalan dijalur semestinya. Apabila rodanya tergelincir dari rel, sudah semestinya orang tua memposisikannya kembali agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Bukan sebagai masinis didalamnya, dimana mengatur semua yang ada dikereta lokomotif tersebut, baik laju kecepatan atau arahnya.


Salah satu dari pasangan pergi meninggalkan
Ada yang mengatakan jika salah satu dari pasangan pergi meninggalkan merupakan bentuk dari sikap kekanak-kanakan. Yang sekarang menjadi pertanyaan, bagaimana jika pasangan tersebut terus bertahan malah timbul dampak negatif lainnya yang diakibatkan karena depresi atau tekanan bathin. Bukankah sangat beresiko jika hal-hal seperti ini terjadi.

Penyebab pasangan pergi meninggalkan pasangan ada 3 faktor,
1. Meninggalkan karena orang ketiga (selingkuh)
2. Meninggalkan karena tekanan bathin (depresi)
3. Meninggalkan karena pengaruh dari pihak ketiga (keluarga dan orang tua)

Orang ketiga yang dimaksud merupakan perselingkuhan yang terjadi diantara kedua pasangan. Dimana tentunya sakit yang dirasakan akan membuat segalanya menjadi berantakan. Sementara meninggalkan karena tekanan bathin dapat disebabkan karena perlakuan yang menghilangkan harga diri, menahan beban sakit hati, yang biasanya salah satu pasangan sebelumnya mencoba untuk mempertahankan dan memperbaiki permasalahan. Sedangkan yang terakhir dipengaruhi pihak ketiga, dimana ada campur tangan dari keluarga atau orang tua dari kedua belah pihak dengan cara menghakimi terhadap suatu permasalahan. 

Posting Komentar untuk "9 Tanda awal retaknya hubungan asmara rumah tangga mu"